Rabu, 03 Mei 2017

TERNYATA SUAMIKU TAK PERNAH MENCINTAIKU

 Namaku Rima, aku adalah seorang istri yang memilik suami yang sangat bekerja keras untuk kehidupan kami, saya dan anak. Suami saya biasa lembur pulang tengah malam dan kemudian tertidur dan seperti biasa menjalankan rutinitasnya untuk mengantar anak kami satu-satunya bernama Jelita, berusia 7 tahun untuk pergi sekolah. Suamiku adalah suami yang tidak romantis. Setiap hari memang ia menciumku ketika ia pergi kerja atau pulang dari kerja. Tetapi aku tidak pernah memperdulikan begitu sangat karena aku pikir dia adalah type yang tidak romantis. Suamiku dan aku jarang berbicara satu sama lain, ketika kami berada dimeja makan sering kali dia sibuk dengan hand phonenya pun aku sibuk dengan hand phoneku. Tapi rumah tangga kami baik-baik saja aku bisa bermanja-manja dengannya dan dia memenuhi semua permintaan-permintaanku.

Sampai suatu ketika suamiku yang bernama Mario ini sakit, pencernaannya sakit. Sehingga ia harus dirawat disebuah rumah sakit diruang ICU. Ketika aku merawat dan menemaninya sehari-hari, salah seorang wanita datang untuk menjenguknya. Wanita yang belakangan aku tahu bernama Meisa ini adalah temannya dulu ketika masih kuliah, teman suamiku. Namun ada yang berbeda dari Meisa, wajahnya biasa saja, rupanya biasa saja, tapi matanya memancarkan kehangatan. Dan setiap kali Meisa berbicara, senantiasa mulut yang keluar, kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat-kalimat yang mungkin saja setiap orang yang mendengarnya akan jatuh cinta pada Meisa. Dan aku merasa ada yang berbeda dari mata suamiku ketika memandang Meisa, pendar mata yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, bahkan suamiku tidak pernah melihatku dengan pandangan seperti itu. Aku baru tahu, Meisa bertemu dengan suamiku lima bulan yang lalu dalam sebuah pekerjaan dan aku ingat-ingat lima bulan lalu dan suamiku sangat baik , memberikan perhatian yang sangat luar biasa kepadaku dan tak jarang memberikan barang-barang baru untukku.

Beberapa saat kemudian hari terus berjalan dan Meisa kembali lagi untuk menjenguk suamiku, saat itu aku sedang menyuapi suamiku dan aku merasa kesal karena suamiku tidak juga mau makan, tubuhnya semakin lama semakin mengurus dan Meisa memberikan isyarat padaku untuk memberikan piring tersebut ketangannya dan akupun menyerahkan begitu saja pada Meisa. Meisa mulai menyuapi suamiku dan makanan itu habis, suamiku memakan setiap suapan dari tangan Meisa, hatiku sakit sekali melihat pemandangan itu, kenapa dengan tanganku sendiri suamiku tidak mau untuk menghabiskan makanannya tapi ditangan Meisa dia mau menghabiskannya. Kemudian aku merasa bahwa rasa sakit ini lebih sakit daripada aku memeluk tubuh suamiku dan suamiku membelakangiku aku berharap suamiku mau menciumku tapi dia tidak juga menciumku ini jauh lebih sakit rasa itu dan hati ini lebih sakit rasanya dibanding ketika aku melahirkan anak Mario anak suamiku itu dengan operasi Cesar. Rasa sakit ini lebih sakit rasanya dibanding aku di cueki olehnya ketika ia sibuk dengan laptopnya atau dengan hand phonenya. Aku sakit sekali melihat pemandangan didepan mataku suamiku disuapi oleh gadis lain. Kemudian aku tak punya alasan untuk membenci Meisa, Meisa adalah gadis yang sangat baik, wanita yang sangat baik, ia sering membawakan makanan untuk aku dan anak-anakku  di rumah sakit, suatu ketika Meisa pun pernah menjenguk suamiku dan ia datang dengan suaminya dan anak-anaknya. Maka alasan apa aku untuk membenci wanita yang sangat baik tersebut.

Disuatu sore ketika hujan rintik-rintik aku pulang sebentar dan aku bertemu dengan anakku Jelita dirumah dan anakku menagatakan, “ Mama, Aku baru saja menemukan passwordnya Ayah dan Mama lihat, Ayah lagi kirim-kiriman email dengan Tante Meisa, Mama mau baca?”, kata Jelita. Maka akupun membaca email yang dikirimkan oleh Mario suamiku terhadap Meisa dan apa isi dari email tersebut ?, suamiku mengatakan, “ Meisa, Kau tahu sudah lama aku memendam rasa cinta terhadapmu, terimakasih Meisa yang telah hadir dalam kehidupanku dan kau satu-satunya yang ada dalam hatiku, aku tidak tahu apakah aku mencintai istriku atau tidak. Kalaupun akau mencintainya itu karena aku adalah suaminya dan ia adalah istriku. Kalaupun Aku mencintainya itu karena Dia adalah Ibu bagi anak-anakku, kau tahu Meisa, sebenarnya tubuhku hartaku milik istriku tapi hatiku hanya milikmu wahai Meisa”. Kalimat tersebut membuatku kaget dan aku tak tahan menahan air mataku, selama delapan tahun pernikahan nyata-nyata suamiku yang aku anggap sangat baik dan bertanggung jawab terhadapku tak memiliki rasa cinta dihatinya terhadapku, dia mencintai wanita lain, ia mencintai Meisa dan mulai saat itu akaupun berusaha untuk menulis surat untuk meluapkan rasa sedihku, surat yang tidak pernah aku berikan kepada suamiku, aku tulis hari demi hari perasaanku dan aku pun berubah menjadi istri yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Aku berusaha melayani suamiku dengan sepenuh hati, aku berusaha mencintai suamiku dan setia terus berada disamping tempat tidurnya dirumah sakit, aku tetap terus bersabar dalam menyuapinya walaupun Dia menolak suapan dariku. Aku berusaha untuk menjaganya siang dan malam dan aku sering kali tertidur disamping tempat tidurnya, aku mencintai suamiku walaupun aku tahu dia tidak pernah mencintaiku. Aku mencintai suamiku karenanya aku membiarkan Dia untuk tetap mencintai Meisa dalam hatinya, Aku sangat mencintai suami, aku rela melakukan apapun dan aku ingin menjadi istri terbaik untuknyaSuatu ketika Aku pernah membuatkan makanan untuknya dan aku merasa Dia sangat hawatir karena Aku basah kuyub ketika aku belajar membuat makanan ditempat orang lain dan ketika kemudian pulang-pulang hujan deras Dia memelukku dan apa yang dilakukan oleh suamiku tersebut dia merasa kasihan terhadapku dan aku melihat ada mata yang memancar kepadaku dengan perasaan penuh cinta, apakah itu artinya suamiku mencintaiku? Entahlah hemm…

Setahun berlalu apa yang terjadi ?..... Ada Meisa dan Jelita disebuah tempat pemakaman dan Jelita dengan isak tangisnya menyerahkan begitu banyak surat kepada Meisa.  “ Tante Meisa ini surat yang dituliskan oleh Mama yang Aku nggak pernah tahu ini untuk siapa,“ kata Jelita. Maka Meisapun mulai membuka surat demi surat yang nyatanya surat tersebut ditujukan kepada Mario sang suami Rima ini. Didalam surat tersebut sang istri Rima ini menulis, “ Suamiku Aku teringat beberapa tahun yang lalu kita bertemu dalam sebuah kantor, Aku merasa Aku begitu jatuh cinta padamu dan aku merasa engkaupun membalas cintaku. Suamiku engkau tahu betapa Aku sangat over protektif terhadapmu karena aku sangat mencintaimu. Aku sangat posesif terhadapmu, Aku ingin selalu tahu dimana engkau berada dan selalu ingin Engkau senantiasa bersamaku tapi suamiku Aku baru menyadari bahwa semua yang terjadi dalam pernikahan kita adalah tidak seperti terlihat bahwa ternyata Engkau tidak mencintaiku suamiku… tapi tidak apa-apa. Setelah Aku tahu itu suamiku, aku berjanji, Aku tidak akan pernah bertengkar dengan Ibumu lagi, Aku berjanji jadi istri yang terbaik tapi sampai akhir wahai suamiku aku tidak berfitnah melihat mata itu memandang cinta terhadapku sebaliknya Aku melihat matamu selalu berbinar-binar ketika melihat Meisa, suamiku aku tahu sejak Engkau bertemu dengan Meisa aku melihat Engkau sangat baik terhadapku kau memberikan semua yang aku suka aku tahu suamiku walaupun Kau tidak mencintaiku Engkau berusaha untuk bersikap baik padaku karena Engkau adalah laik-laki yang mengagungkan pernikahan engkau laki-laki yang memegang teguh dalam komitmen pernikahan walau hatimu tidak bersamaku. Maka suamiku pada hari ini. Ini adalah hari pernikahan kita aku tidak ingin terjadi seperti satu tahun yang lalu ketika engkau pulang dengan larut malam, Aku pada hari ini belajar memasak suamiku, belajar memasak ke rumah Budhe Tati suamiku, aku  menaiki motor dengan hujan yang sangat deras aku berharap membuat makanan terenak sedunia untukmu suamiku, aku berharap Engkau bisa mencintaiku setelah merasakan makanan buatanku itu namun ketika aku sampai dirumah kemudian aku melihat bahwa Engaku merasa khawatir terhadapku aku kaget melihatnya suamiku karena aku aku tahu aku tidak pernah melihat pandangan itu terhadapku dan apa yang terjadi Engkau memelukku dan Engkau merasa sangat hawatir terhadapku aku melihat ada bendar-bendar cinta di matamu benarkah itu wahai suamiku?”.

Ketika Meisa menutup surat tersebut maka berlinanganlah air matanya . Jelita sang anak ini mengatakan, “ Tante Meisa, Engkau tahu ? Mamaku pada saat itu sedang mengendari motor dan menjemputkan aku kesekolah lalu Mama memarkir motornya disamping jalan, Mama dengan wajah bahagia dan sumringah berjalan menyeberang untuk menjemputku, namun ternyata ada mobil yang sangat cepat berjalan dan kemudian menubruk badan dari ibuku, menubruk menabrak badan dari Mamaku. Dan kemudian Mamaku terpental wahai Tante Meisa, dan aku sempat melihat badannya bergerak-gerak sedikit dan melihat kearahku sampai akhirnya ia memejamkan mata untuk selama-lamanya. Mamaku sudah tidak ada lagi wahai tante Meisa”. Maka Meisapun tidak sanggup lagi menahan air matanya dan Ia mengambil surat didalam tasnya surat yang sudah dia print email dari sang Mario ini dari suami istri yang telah meninggal ini. Surat yang sejatinya ia mau memberikan kepada Rima, apa isi surat itu  “ Meisa, Aku baru menyadari setahun belakangan ini istriku telah berubah menjadi istri yang sangat baik. Kau senantiasa menyarankan Aku untuk mencintai istriku maka ketika itu Dia pulang dengan keadaan basah kuyub dan aku sangat hawatir terhadapnya, wahai Meisa Engkau tahu Aku berniat untuk membelikan mobil untuknya agar Dia tidak kehujanan lagi, bukan karena Dia ibu bagi anak-anakku tapi karena Aku baru merasa Dia adalah belahan jiwaku, Aku sudah jatuh cinta pada istriku, terimakasih Meisa aku bisa meLUPAkanmu, Aku mencintai istriku!.”. Surat itu ditangan Meise, tangan Meise bergetar Ia ingin menyerahkannya kepada Rima tapi Rima sudah tidak bisa lagi untuk membaca surat tersebut dan Meisapun mengarahkan pandangannya kepada laki-laki yang bernama Mario yang memeluk sangat erat nisan dari seorang istri yang diabaikannya selama ini maka Mario memeluk nisan itu dengan sangat kuat dan Dia menangis sejadi-jadinya tanpa berucap sepatah katapun, “ Lihat akulah suami ( kata Mario ) orang yang memang telah berselingkuh pikiran dan hati, memikirkan wanita lain bukan memikirkan istriku sendiri”, maka Mariopun terus menangis dan Meisa mengatakan, “ Lihat inilah kisah bagaimana baru merasakan cinta yang sangat dahsyat ketika orang itu telah tiada”.

***
    
Kisah ini mendatangkan pembelajaran berharga untuk kita, mungkin kita tidak berselingkuh secara fisik tapi pikiran dan hati kita memikirkan pria lain, pikiran dan hati kita memikirkan wanita lain, rumah tangga yang sejatinya didalam Al Quran di katakan sebagai ‘Mitsaqan Gholidzo” sebagai seorang perjanjian sebagai sebuah perjanjian yang kokoh kemudian kita nodai dengan apa? Dengan kita memikirkan orang lain . Ingat pernikahan, adalah perjanjian adalah amanah bagaimana kita sejatinya berusaha mencintai pasangan kita karena Dia yang terbaik, karena dia jodoh yang terbaik yang diberikan oleh Allah SWT , maka hindarkan diri kita dari memikirkan orang lain, memikirkan orang yang haram untuk kita dan senantiasa luruskan pikiran kita hati kita untuk mencintai suami, untuk mencintai istri, yang dihalalkan Allah untuk kita . insyaallah…

          Mudah-mudahan  kita menjadi pasangan yang saling menjaga kesetiaan satu sama lain dalam kehidupan rumah tangga sakinah mawadah warohamah, insyaallah…  
Mudah-mudahan menjadi pembelajaran !.


Sumber :
Transkrip video 'Kisah Teladan' oleh Ustadzah Oki

lihat vidoenya disini : https://www.youtube.com/watch?v=35mUuo1aE98 





























.