Kamis, 21 Desember 2017

KATA KENANGAN

Tepat hari ini adalah hari ulang tahun resepsi pernikahanku yang ke 18. Dalam kesempatan yang baik ini Aku ingin mengisinya dengan kenangan masa lalu, khususnya masa ketika menjelang hari  pernikahanku atau bahasa spiritualnya Mitsaqon Gholidzo. 

Saat itu diawal tahun 1999, aku sedang bertugas untuk mengambil sampel darah untuk keperluan pemeriksaan laboratorium di rumah pasien ( home service ). Sesampai dirumah pasien, ternyata pasien sedang dimandikan oleh susternya, maklum beliau adalah purnawirawan perwira TNI AU usianya sudah sepuh dan terserang stroke. Sambil menunggu semuanya siap, maka aku oleh istri pasien tersebut dipersilahkan duduk sambil menikmati suguhan dan bercerita tentang seputar kehidupan. Hingga akhirnya pembicaraan kami masuk pada poin tentang bab pernikahan, kata-kata beliau yang aku ingat hingga sekarang adalah :

" Jika ada DUA anak manusia menjalin pernikahan, maka yang ke TIGA itu AKU ( Allah SWT ) " 

" Jangan selingkuh, karena selingkuh akan menghambat rejekimu!"

Beliau menyebut bahwa perkataan beliau yang pertama adalah sebuah Hadist Qudsi, dimana Allah SWT akan menjamin kehidupan kita dalam berumah tangga asal semuanya didasari atas ridho dariNYA. Sedangkan perkataan yang kedua beliau memberikan contoh pada apa yang menimpa family beliau yang terhambat rejekinya akibat berbuat selingkuh pada pasangannya.


***

Namun sayangnya, aku mengalami kesulitan untuk mengingat kembali dimana kenangan tersebut terjadi. sementara yang aku ingat hanya : nama pasiennya Tn Basas, rumahnya berada diseputaran Ngadinegaran sampai Jogokaryan, rumahnya berada ditepi jalan menghadap ke selatan, Sudah lama aku berusaha untuk mencarinya khususnya dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun terakhir ini hanya sekedar untuk silaturahmi namun selalu gagal menemukan rumah beliau. Setiap ada kesempatan aku selalu mencarinya, yang menjadi fokus pencarianku adalah jalan Tirtodipuran, Mangkuyudan dan Jogokaryan. bahkan aku berpikir mungkin rumahnya sudah dijual dan kini telah berubah fungsi menjadi hotel atau lainnya. 

Suatu ketika tiba-tiba aku ada ide untuk mencarinya lagi dengan bantuan ' Google Maps'. Sambil aku ingat-ingat kembali bentuk rumahnya, aku mulai menelusuri jalan-jalan yang menjadi fokus pencarianku namun tetap tidak ketemu. hingga pencarianku aku perluas ke arah utara tepatnya di jalan Ngadinegaran dan pencarianku akhirnya tertuju pada salah satu rumah yang ada di jalan tersebut yang aku yakini keberadaanya.

Hari ini aku meluncur ke alamat rumah yang aku maksud. Sesampainya disana, aku memarkir kendaraanku dan mencoba untuk membuka pintu gerbang yang ada tulisannya 'mohon buka tutup pintu gerbang dengan penuh perasaan', hehehe... Dirumah itu aku ditemui oleh seorang pria dan aku katakan ; "Apakah ini benar rumahnya Ibu Basas? ", lalu pria tersebut mengatakan " Iya benar! ". Kemudian aku memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatanganku namun sayangnya pria tersebut mengatakan bahwa Ibu Basas sudah meninggal dua tahun yang lalu. hik..hik..hik. Tentunya hal itu membuatku sedih namun aku tetap bersyukur karena setidaknya aku masih berkesempatan 'menemukan jejak' beliau.

Al Fatihah khususon Almarhum/mah Bapak / Ibu Basas!

***

Dan ternyata pria tersebut adalah anak dari almarhum Ibu Basas yang bernana mas Rezi dan memiliki seorang istri yang bekerja di RS Ludira Husada sebagai seorang analis kesehatan yang kebetulan menjadi pengurus organisasi profesi analis kesehatan / PATELKI kota Yogyakarta sebagai Bendahara yang bernama mbak Wiwik. Berarti aku rodok kenal hehehe....


Rumah Ibu Basas, di Jl. Ngadinegaran