Minggu, 06 September 2020

DIPERSIMPANGAN

Dipersimpangan Aku Berdiri

Waktu menunjukkan sekitar pukul 10 malam. Setelah selesai kunjungan ke dokter anak di kota Gedhe - Yogyakarta Aku tidak langsung pulang, namun sengaja menuju kantorku. Meskipun aku 'punya' tempat kos, namun aku relatif sering tidur dikantor bersama terman-terman lainnya,

Setibanya dikantor, seperti biasanya teman-teman ngumpul diruang tengah sambil menonton TV. Akupun ikut nimbrung disitu.Tiba-tiba terdengan suara dering telepon masuk. Biasanya jika ada telepon masuk pada waktu malam hari, hampir dapat dipastikan itu adalah  telepon pasien yang akan indent / daftar untuk layanan Home service esok pagi hari. Karena yang lain sedang asyik nonton TV, maka akupun yang beranjak untuk mengangkat telepon yang berada di dalam ruang proses / laboratorium tersebut.

" Hallo selamat malam, dengan laboratorium xxxxxxx ada yang bisa kami bantu? " Begitu ucapku saat awal menerima telepon tersebut.

" Hey, Selamat malam mas!" Aku mendengar suara yang tak asing lagi ditelingaku dari seberang sana. Dia adalah Reevie Septyani, aku biasa memanggilnya dengan nama panggilan Rere.

Aku mengenal Rere sejak kami dahulu sama-sama satu kantor sewaktu masih di Surabaya. Hingga kemudian Rere pindah ke kantor cabang Jember dan disitulah konon katanya Rere sempat menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengan cowok sekantornya yang bernama Septyan Pramushinta. 

Saat ini, Septyan Pramushinta posisinya sedang bertugas / mutasi di kantor cabang Jogja, sama dengan diriku alias satu kantor denganku. Jadi bisa dimaklumi jika mereka menjalin hubungan LDR ( Long Distance Relation Ship bukan Lek Diselingkuhi Rangerti 😁😜). Jadi cara berkomunikasi yang paling efektif saat itu ya melalui sambungan telepon.

" Mas, yok opo kabar e sampeyan? " Lanjutnya lagi.

" Alhamdulillah kabar baik Re.." Sahutku ringan. 

" Mas, aku minta tolong disambungno ke Mas Septyan pok'o ?" Pintanya

" Oke, ditunggu ya?" Jawabku sambil membuka pintu ruang proses / laboratorium dan bertanya ke teman-teman yang tentunya sedang asyik berkumpul sambil melihat televisi.

" Hey,,, mas Septyan ada ndak? ini ada telepon dari Jember !". Begitu tanyaku ku sambil sedikit berteriak.

" Tidak ada ! ". Kata salah satu temanku 

" Sebentar tak carinya, tadi ada ! " Sahut temanku yang lain.

" Tidak ada !" Sambung temanku setelah mencari orang yang dimaksud beberapa saat tidak ketemu.

" Maaf Re, mas Septyan tidak ada itu?,  " Kataku dengan nada tanya mengawali pembicaraan berikutnya.

" Ya Sudah!, ndak apa-apa mas " Sahutnya pendek. Namun aku merasakan kata-kata itu menggambar ada rasa kecewa kepada orang yang dicari.

Lalu....

" Mas sampeyan kok ngono seh karo aku?. Sampeyan kok tego karo aku? " Tiba-tiba muncul kalimat tersebut dari bibir Reevie yang membuatku binggung.

" Maksudmu Re ?". Tanyaku

" Sampeyan kok gak ngandani aku mas?, lek sak iki mas Septyan wis gandengan karo wong wedhok liyo?. Sampeyan cek tego e karo aku?". Terdengar intonasinya begitu berat.

Mendengar ucapan itu, atiku langsung mak deg, Aku bisa membayangkan apa yang sedang dirasakan oleh Rere, mesti saat itu hatinya kecewa, hubungan LDR alias Lek Diselingkuhi Rangerti menjadi kenyataan 😓. Aku terdiam, ada rasa bergemuruh di dada, 'njawab yok opo, lek gak njawab yo yok opo', sebab lek njawab kuatir malah membuat keadaan semakin runyam, Akan tetapi lek gak njawab kok sawangane onok konco kenthel takok kok gak di jawab?. Opo maneh njawab gak eroh !. kok rasane aneh, kan kethok moto? lha wong konco sak kantor kabeh.... ealah....!. Belum lagi jika aku malah dituduh sirik alias iri hati karena 'kalah bersaing' mendapat wanita yang kini gandengan dengan mas Septyan.  Padahal aku sendiri tidak pernah 'merasa' saingan dengan siapapun untuk mendapat wanita itu. Sebab kok rasa-rasanya tidak elok 'saingan' mendapatkan seseorang yang sudah jelas-jelas menolakku!, bukankah cinta tak boleh di paksakan?.

" Mas, ini mas Septian !". Kata salah satu teman sambil tuk pintu ruang proses / laboratorium  didepanku yang terbuat dari kaca bening itu.

Sekejap itu pula, aku layangkan pandanganku ke bagian arah pintu masuk belakang, tampak mas Septyan hanya berdiri saja sambil ogok-ogok upil dengan ujung jari telunjuk tangan kanannya lalu menciumnya dan membuang 'sisa upil' tersebut secara berulang tanpa mendekatiku masuk ke ruang proses / laboratorium untuk menerima telepon dari Rere meskipun telah diberitahu oleh teman-teman bahwa dia dapat telepon dari Rere Jember. 

" Sorry Re... ini mas Septyan sudah ada disini. tak sambungno yo?" kataku sekaligus mengalihkan pembicaraan.

" Gak usah Mas! Aku ngobrol karo sampeyan ae. Aku males ngomong karo wong iku! " Lanjut Rere sambil terus berbicara banyak hal, meskipun beberapa kali Aku tawarkan untuk bicara dengan mas Septyan, namun tetap saja Rere tak mau dan tetep pingin ngobrol denganku meskipun Aku merasa benar-benar tidak enak hati dengan mas Septyan. Hingga pembicaraanku dengan Rere belum berhenti, Aku melihat mas Septyan keluar ruangan dan pulang meninggalkan kantor, hal itu aku ketahui dari adanya suara knalpot sepeda motor dari arah parkiran kearah luar kantor.

Setelah kejadian tersebut Akupun juga pulang jalan kaki ke kos-kosan yang tidak jauh dari kantorku. Sepanjang perjalanan pulang, Aku hanya mbatin, cek apes e aku rek!. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. ah.. sudahlah!. Aku hanya bisa berharap kalian bertiga bisa menyelesaikan masalah dengan baik, bijak dan mohon berdewasalah serta tolong jangan libatkan Aku dalam persoalan kalian, terimakasih.   

Umpomo lek awakmu dadi Aku yok opo ?...