Rabu, 18 Agustus 2021

24 tahun ke Dua

 

Ada tambahan gambar TV dan Telpon....😁 

Tanpa terasa, hari ini adalah tepat 24 tahun aku tinggal di Jogja. Aku menginjakkan kaki di kota ini pada saat usiaku 24 tahun dan itu artinya separuh usiaku telah aku habiskan di kota Gudeg ini.

Kalau teringat masa itu. ijinkan aku untuk bercerita tentang gambar diatas karena menurutku gambar tersebut banyak bercerita tentang kisahku waktu itu.

Pertama, Gambar diatas adalah gambar ruang kerja laboratorium kesehatan / medis. Pada gambar tersebut aku tambahkan gambar TV dan Telepon. Jika kalian membaca tulisanku dalam blog ini yang berjudul 'dipersimpangan' maka gambar diatas adalah TKP-nya, meskipun sangat disayangkan gambar pintu tempat kawanku ( maaf ) ogok-ogok upil yang ada di sisi kiri gambar tersebut tidak terjepret oleh kamera ponselku 😪

Kedua, pada hari pertama itu, Aku masih ingat betul, saat itu pintu ruang laboratorium dalam posisi terbuka, sedangkan saat itu TV tabung merek Toshiba 24 inci yang ada di depan ruang laboratorium  tersebut sedang memutar video klip lagunya Exist yang berjudul Mencari Alasan yang tentunya suaranya cukup terdengar di sebagian ruangan termasuk di dalam ruang laboratorium. 

Karena adanya suatu kepentingan, saat itu aku masuk ke ruang laboratorium dan sempat sedikit berinteraksi dengan wanita yang sempat aku 'tembak' ( sebelum aku berangkat ke Jogja namun dia menolakku dan hanya sebatas teman ). Dalam interaksi tersebut aku tidak terlalu tertarik, hal itu bukan dikarenakan oleh 'sebuah penolakan' tapi lebih karena aku merasa kehadiranku di Jogja tidak asyik bagi semua orang. Bagaimana tidak, orang-orang yang dulu begitu akrab denganku, tiba-tiba seolah menjelma begitu buas seakan-akan menerkamku dengan gigi taringnya yang sangat tajam setajam silet supaya  Aku tidak pernah lagi mendekati lagi wanita yang telah menolakku tersebut. 

Menghadapi hal itu aku cuma bisa ngelus dodo. Seperti dalam tulisanku sebelumnya, aku melakukan itu untuk 'sebuah kapastian dalam suatu hubungan' dan jikapun Aku di tolak, bagiku itu bukan masalah serius karena Aku masih bisa 'berjuang' untuk itu asalkan wanita itu tidak sampai menutup diri. Apalagi bagiku cinta itu tidak boleh di paksa karena itu tidak keren. Bahkan bisa jadi jika dulu wanita tersebut tidak menangis saat kepergianku kembali ke Surabaya ( untuk kalimat ini, anggap saja aku halu ) belum tentu aku 'menembaknya'. Bagiku justru apa yang aku lakukan adalah bentuk keseriusan dan penghormatan kepada seorang wanita dalam menjalin sebuah hubungan.  

Dalam interaksi yang sedikit itu, wanita tersebut sempat berbicara padaku dengan senyum-senyum mesrah dengan berkata, " Pripun kabare Mas, he..he.. mbok kulo ditumbaske kaset Exist niku? ". Mendengar hal itu aku hanya tersenyum sambil mbatin, " Kalau soal kaset itu gampang ! ", namun yang tak pernah Aku tahu adalah 'arti senyummu' itu sebab kalau hanya senyum yang engkau berikan, Westerling pun tersenyum 😀

Hari itu menjadi salah satu hari terberat dalam perjalanan hidupku. Sebuah awal yang kurang bagus untuk memulai hidup baru ditanah orang, tapi hidup harus terus berjalan. Aku kudhu kuat, mboh piye carane, meski kadang Aku tertawa dan tersenyum dalam kepedihan. 


****















Tidak ada komentar:

Posting Komentar