Selasa, 15 Agustus 2017

SURAT UNTUK dik SRI

edisi : 20 th di Jogja


Dik Sri,
Apa kabar? semoga kabarmu baik-baik saja, amiin...

Aku masih ingat betul, kapan saat aku mengucapkan ketertarikanku pada dik Sri. Dan saat Aku tahu jawaban dik Sri bahwa kita 'berteman saja' bagiku itu hal yang lumrah saja. Bahasa kerennya 'itu adalah resiko perjuangan' dan aku mesti harus siap. Kata orang, laki-laki menang milih dan perempuan menang nolak, sedangkan posisiku sudah jelas, maksudku jelas ditolak!. hahaha... 

Waktu terus berlalu, hingga dugaanku 'sepertinya' benar. Kamu mengambil keputusan menolakku karena ada yang mempengaruhimu, dan Dia adalah temanmu, teman kita. Mungkin ini yang namanya 'salah memilih teman'. Mengapa salah?. ya.... karena teman yang kau dengar pendapatnya agar kau menolakku justru dia sendiri yang menaruh hati padaku. Lucu ya?......

Berikut ini isi suratnya !!!


Yogya, 16 Des '97
00.10 WIB

Ass wr wb,
Emas cayank,
         Hallo lagi ngapain? Tentunya lagi baca ya. Mas, masku kan yg paling cakep, paling macho, paling baik hati & paling segala2nya....ngerayu nih ye! se-kali2 khan nggak apa2 ya ( sering juga boleh khan?!!?)
     Aduh panggilnya koq emas ya rasanya udah umum gitu khan lebih enaknya aku panggilnya Yayang aja ya biar mesra.... gitu... Pasti saat ini Yayang lagi ketawa ya? dan itu paling aku suka & terakhir  (  walau  saat  ini  ngomomnga  dalam  hati pasti bilang ... GOMBAL ... ). Gini lho yang, kan besuk sore Yayang nganter ibu L ke stasiun, aku ngikut pura2nya nganterin tapi setelah itu kita nganterin orang yang belum tahu Yogya dan dia pengen piknik ke Parang Tritis + Kaliurang walau cuma bentar2. Yayang mau khan tolongin aku...please... help me dear... Janji deh ntar kalau capek tak pijiti tapi cuman jentik'ane aja hi...hi....hi... Ditanggung ilang cakepnya...lho...lho... nggak mau khan pasti takut ilang khan... Atau hadiahnya pika-piki ya deh ntar malemnya aja begitu tarik selimut pasti dapat, tapi kalau selimutnya nggak ditarik ya nggak dapat. Jangan khawatir akimodasi gratis!. Tapi Yayang diem2 aja supaya lainya nggak tahu & nggak ngiri. Makanya aku ngomongnya pun lewat surat.
           Kalau ada usulan tulis surat aja biar nggal nyolok. Apa yayang nggak pengen lihat lagi rodanya dokar yang mluntir itu  hi...hi.... Kamu tambah cakep lho Yang kalau ketawa....swear nggak ngegombal aku. Gimana doktermu udah beres semua, aku doain sukses ya dan jadi yang paling di Jogja malah kalau bisa di seluruh Pxxxxxx.  Udahan ya Yang sampai ketemu disurat berikutnya."Met bekerja & sun sayang.

Wass
Your's




































Dik Sri... 
Ada cerita menarik dibalik surat itu.

Suatu sore di bulan Maret  tahun 1998. Seorang wanita -- yang kini telah jadi istriku -- datang ke tempat kosku. Dia datang masih menggunakan baju seragam kerja, sepertinya dia baru pulang dari lembur dikantor. Aku menemuinya setelah pintu kamarku diketuk oleh bu Hadi sang pemilik kosku, sedangkan saat itu posisiku kebetulan sedang santai sambil mendengarkan radio.

Aku temui wanita itu, aku persilahkan dia duduk dikursi yang ada di teras / ruang tamu. Dia tidak bicara apa-apa, wajahnya bersedih, dia hanya diam sambil sesekali menyeka air matanya yang menetes, kedua jari tangannya di mainkan nampak dengan penuh kejengkelan yang sangad. " Ada apa? " Tanyaku padanya, dan diapun hanya terdiam dan terus menyeka air matanya. 

Setelah aku anggap keadaan sudah membaik, setelah dia menumpahkan air matanya dan setelah dia menumpahkan kejengkelannya, akupun mengulangi pertanyaanku kepadanya, " Ada apa? ". Sambil menunduk dia menjawab, " Mengapa begitu berat hubungan ini, Aku sudah berusaha sabar dan sabar namun aku selalu dipersalahkan. semua orang dipengaruhinya, semua pekerjaanku menurutnya salah semuanya tidak ada yang benar, Apalagi......." Sampai pada kalimat tersebut, suaranya terhenti sejenak sambil sesenggukan. lalu dia melanjutkan kalimatnya. " ..... Apalagi aku ( merasa ) dituduh merebut sampean dari orang lain."  selesai mengatakan hal itu, dia kembali sesenggukan.

Mendengar hal yang disampaikannya itu aku sudah mengerti mengapa dan oleh siapa dia diperlakukan seperti itu. ya dia adalah your's sang penulis surat diatas sekaligus atasan dari wanita yang datang ke kosku itu. Aku berdiri meninggalkan wanita itu tanpa permisi, karena aku merasa itu adalah masalah mudah. Aku menuju kamarku, kemudian aku ambil surat dari mbak your's yang aku simpan di lemari baju dan aku serahkan ke wanita tersebut. Tidak ada kata yang aku ucapkan hingga wanita itu paham sendiri apa sebenarnya yang terjadi. Setelah membaca surat tersebut dia pulang dengan tanpa air mata. 

Dik Sri...
Itulah cerita menarik tentang surat itu, surat itu bisa menyelesaikan masalah tanpa aku harus berkata-kata. 


               





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar